'/> 3 Jenis Rujukan Karangan Narasi Terbaru Dan Terbaik -->

Info Populer 2022

3 Jenis Rujukan Karangan Narasi Terbaru Dan Terbaik

3 Jenis Rujukan Karangan Narasi Terbaru Dan Terbaik
3 Jenis Rujukan Karangan Narasi Terbaru Dan Terbaik
 Jenis Contoh Karangan Narasi Terbaru dan Terbaik 3 Jenis Contoh Karangan Narasi Terbaru dan Terbaik

Contoh Karangan Narasi Terbaru dan Terbaik - Karangan narasi merupakan salah satu jenis karangan dari pengembangan paragraf-paragraf narasi. Untuk pengertian karangan narasi yaitu suatu bentuk dongeng yang disusun menurut urutan kronologi atau waktu secara berurutan. Karangan narasi banyak ditemukan pada aneka macam karya sastra menyerupai novel, cerpen, biografi roman dan lain-lain.

Karangan narasi sendiri terbagi menjadi tiga jenis yaitu karangan narasi informatif, artistik, dan sugestif. Sebenarnya sebelum teman menciptakan karangan narasi teman harus mempelajari terlebih dahulu ihwal paragraf narasi. Untuk menyingkat mari simak penjelasannya berikut ini.

Karanngan Narasi Pendek dan Singkat 


1. Karangan narasi informatif/ekspositoris

Karangan narasi informatif yaitu karangan narasi yang bertujuan untuk mengatakan suatu informasi ihwal suatu bencana kepada pembaca secara rinci dan jelas.


Gunung Merapi Meletus

Pada hari rabu tanggal 4 November 2010 Gunung Merapi menunjukkan peningkatan aktivitasnya yang sangat signifikan. Petugas pun sudah mengumumkan kepada warga bahwa status gunung merapi ketika itu sudah siaga satu sehingga warga diharuskan harus segera dievakuasi. Peningkatan itu ditandai oleh semakin seringnya bunyi gemuruh dari gunung serta awan panas yang semakin pekat.

Namun diluar asumsi erupsi gunung merapi terjadi lebih cepat dari yang diperkirakan pada hari jumat sehingga pada rabu malam pukul 23.30 wib, petugan BPPTK dan petugas campuran melaksanakan diskusi hingga pada kesannya disimpulkan bahwa warga yang berada pada radius 20 km harus segera dievakuasi.

Pada Jumat dini hari pukul 00.00 wib terdengar bunyi gemuruh yang sangat mahir dari gunung merapi. Gempa pun menggunacang tempat sekitar wilayah erupsi. Sekitar 5 menit sesudah gempa erupsi merapi sirine tanda ancaman bersahut-sahutan sehingga warga berlari-lari kelluar dari rumahnya untuk mengevakuasi diri. Ribuan orang keluar dari rumah menuju tempat penyelamatan yang terletak di GOR UII dan Stadion Waguharjo.

Awan panas pun hingga pada Desa Cangkringan sekitar 30 menit sesudah seluruh warga dievakuasi. 3 orang dilaporkan tewas akhir awan panas. Korban diketahui berasal dari Desa Kranggan, Cangkringan. Ketiganya tewas di dalam rumahnya yang disergap si awan panas. Satu korban lainnya luka parah akhir kecelakaan ketika evakuasi.

2. Karangan Narasi Artistik
Narasi artistik yaitu karangan yang menceritakan suatu bencana atau kisah yang mengandung nilai estetika. Karangan narasi artistik bertujuan untuk menghibur pembaca. Bahasa yang dipakai pun merupakan bahasa-bahasa kiasan dan kisah yang diceritakan sanggup berupa kisah fiksi maupun non fiksi.

Semangat Kakek

Pagi itu ketika matahari belum di peraduannya dan kokok ayam pun belum berbunyi, lelaki yang sudah renta itu sudah bersiap menuju ke pasar untuk menjual hasil buminya yang berupa sayur dan umbi. Dinginnya udara pagi seakan tak sanggup menembus kulit sang kakek. Perlahan-lahan kakek renta itu mulai mengayuh sepedanya yang mungkin usianya hampir sama dengan usianya dengan semangatnya seperti beliau masih muda.

Ketika di perjalanan, kakek itu sesekali berhenti untuk menghela nafasnya dan menunjukkan dagangannya kepada orang-orang. Jarak pasar yang cukup jauh seolah sudah menjadi sangat dekat di mata kakek. Orang-orang sekitar seakan dibutakan untuk sekedar melihat dagangan kakek itu. Tetapi semangat kakek untuk menafkahi istri tercintanya menghapus rasa lelahnya setiap hari. Hanya untuk selembar atau dua lembar uang sekedar untuk membeli beras dan lauk pauk ala kadarnya kakek dan nenek pun sudah sanggup tersenyum.

Azan subuh pun berkumandang, kakek yang masih dalam perjalanan seakan tiba-tiba bersemangat untuk menuju surau di tempat azan dikumandangkan. Kakek itu seakan haus akan belaian sang pencipta. Ia sandarkan sepedanya di bawah pohon seakan lupa segalanya bahwa ia memiliki dagangan. Lalu tubuh rentanya itu seakan menguat dan langkah kakinya seolah menegak untuk berjalan ke dalam surau. Kakek terlihat tambah semakin bersemangat ketika selesai beribadah, wajahnya terlihat segar dan semangat mudanya menyerupai mencuat kepermukaan.

Kaki rentanya pun mulai kembali mengayuh kembali menuju pasar yang sudah tak jauh lagi. Senyum kakek seakan menghiasi riuhnya pasar untuk sekedar menyapa pedagang lain. Hingga sesampainya di bawah pohon pojok pasar kakek menghentikan sepedanya dan menurunkan barang dagangannya yang tak banyak menyerupai pedagang lain. Duduklah ia dengan santai sambil terlihat bibirnya bergerak-gerak menyerupai sedang memuji sang kholik dan terus menerus begitu hingga tak dirasa barang dagangannya pun habis ketika matahari sudah setengah meninggi. Tak banyak memang yang didapat kakek tetapi ia seakan tak pernah menandakan wajah memelas atau kecewa. Justru kakek menyerupai sangat riang untuk membeli beras dan lauk untuk nenek yang sudah menunggu dirumah.

Setelah itu, dengan semangat si kakek kembali mengayuh sepeda tuanya untuk kembali ke gubuk renta miliknya dengan sedikit oleh-oleh untuk sang istri tercinta.

3. Narasi Sugestif
Karangan narasi sugestif yaitu karangan yang menceritak sebuah kisah atau bencana dengan maksud tersembunyi atau terselubung kepada pembacanya.

“Hidup yaitu perjuangan,” kata-kata ini yang sering diucapkan Budi ketika sedang berdagang . Budi yaitu seorang pedangang baso tahu. Umurnya sudah lima puluh tahun, Budi lahir di kota Yogyakarta dan tiba ke kota Bandung pada tahun 1990 hingga kini ia mempuyai istri dan empat orang anak, dulu bapak tiba ke Bandung ini bertujuan mencari nafkah untuk keluarganya, biasanya Bapak memulai berjualan sekitar pukul 17.00 wib, hingga pukul 23.00 wib, setiap hari bapak membawa baso tahu sebanyak 500 biji baso. Budi menjual baso perbiji harganya Rp.600.

Budi sangat dekat denganku, sebab ia berdagang dekat rumahku. Dan saya sangat sering membeli baso tahunya. Itulah Budi lelaki yang suka menggunakan kupluk dan berbadan kekar. Sulit memang hidup di Kota Besar kata Budi. Sambil memegang pisau, dengan mimik wajah yang kusut dan semrawut, tiba-tiba ia bertanya, menyerupai orang yang sedang menagih hutang kepadaku, akupun kaget tak biasanya Mas Hadi Supraitno menyerupai ini.
“Kamu tau kan? Tanya aku.
“Nanti tanggal delapan april kita akan menentukan caleg.
“Iya tau , emang kenapa, Bud?
“Susah” Jawab Budi.
Susah kenapa Bud? Tanya saya ’’Jelas aja susah milih calon legeslatif jaman kini yang kita tidak tahu latar belakangnya. Seandainya kita menentukan caleg yang tidak tahu latar belakangya, aksara orang tersebut, gimana kita tahu beliau mau bener nanti kedepanya buat memakmurkan dan mensejahterakan rakyat kecil kayak kita. Lihat aja kini caleg-caleg dari perwakilan partai kampanye untuk memperebutkan bangku di DPR. Mereka rela berkorban hingga turun ke jalan untuk mendapatkan simpati dari rakyat sampai-sampai ada caleg dari salah satu partai rela mengorbankan harga dirinya untuk kampanye dengan menggunakan kostum super hero.

Ini kampanye apa cuma lulucon belaka?
“iya sih Bud,” jawab aku.
Tak usang berselang perutku mengeluarkan bunyi yang tak nyaman “kriuk-kriuk”. Lalu saya pun memesan seporsi bakso tahu Budi, sambil makan bakso tahu kita pun meneruskan obrolan. Aku pun meneruskan kemudian melontarkan pertanyaan kepada si Budi.
“Buuuddd!
“Seandainya kau jadi caleg apa yang akan kau lakuin?”
Budi pun menjawab dengan santainya,
“Kamu mah becanda saja, mana mungkin saya jadi caleg.” Tanya aku
Budi menjawab, “duitnya siapa buat jadi caleg, lah wong sekolah juga nggak tamat.” Sambil tertawa.
“Ya seandainya saya jadi caleg, saya mau kasih yang terbaik buat Bangsa dan Negara. Seperti memuliakan rakyat kecil, Mengusahakan lapangan pekerjaan, mendapatkan pendapat rakyat dengan terbuka, Membuat masyarakat sanggup bangun diatas kaki sendiri berdagang, pendidikan gratis dan yang paling utama untuk kunci keberhasilan Indonesia yaitu ketika negara ini sanggup menghapuskan budaya korupsi yang sudah mengakar selama puluhan tahun semenjak Indonesia merdeka.
“Ooo. begitu ya Bud. sahut aku

Budi kemudian bercerita. Seperti teladan pemimpin Indonesia yang saya kagumi yaitu Bapak Soekarno, meskipun Pak Soekarno sudah tidak ada tetapi ajaranya tetap aja ada diingatan kita. Seperti ajaranya Soekarno yang tidak sanggup dipisahkan dengan rakyat Marhaenisme. Marhaenisme itu pergaulan hidup yang sebagaian besarnya terdiri dari rakyat kecil menyerupai kita ini. Kaprikornus seandainya saya jadi caleg, ya nanti saya mau menerapkan ajarannya Bung Karno.
Aku pun kenyang dengan mendengarkan dongeng Budi ditambah lagi dengan bakso tahu satu porsi. Perbincangan ini seakan menambah wawasanku ihwal politik di Indonesia.

Nah itulah teman telah kita simak bersama ihwal 3 jenis teladan karangan narasi. Semoga teman paham dan samai jumpa.


Advertisement

Iklan Sidebar